Perkongsian satu nukilan yang dibaca oleh lelaki ini tentang refleksi cinta yang dianugerahkan Allah berkaitan mencium hajar aswad ini begitu mendalam kesannya.
Dan ini kisahnya, semoga menyuntik inspirasi buat kita juga dalam menzahirkan rasa dan penghargaan cinta untuk ahli keluarga. Jom hadam kisah ini.
*Mencium Hajar Aswad*
Suatu hari, di Masjidil Haram, sehabis menyelesaikan tawaf, saya segera menepi mencari tempat strategik yang berhadapan langsung dengan Multazam untuk berdoa.
Saya menemukan tempat yang kebetulan kosong di hadapan ka'bah.
Lalu saya bersimpuh dan memanjatkan do'a sambil menunggu waktu subuh menjelang.
Saat itulah saya melihat seorang lelaki hitam legam dari benua Afrika datang dan langsung mengambil tempat di sisi kanan.
Terlintas dalam hati, _"dengan potongan perawakan dan tampang seperti ini, lelaki kulit hitam ini biasanya orangnya kasar yang tidak berpendidikan"._
Lalu sebagaimana kebiasaan di masjid ketika duduk bersebelahan dalam satu jamaah, saya menyalaminya.
Tiba-tiba ia bertanya dengan bahasa inggris yang bagus sekali tentang asal saya.
_"Saya dari Nigeria, kamu dari mana?"._
Saya jawab, saya berasal dari Malaysia…
_"Kenapa orang Malaysia suka sekali berusaha mencium batu hajar aswad..?"_, tanyanya memulai percakapan.
_"Mungkin kerana cinta._
_Ka'bah adalah rumah Allah, dan hajar aswad adalah batu yang pernah dicium Rasulullah. Maka mencium hajar aswad adalah refleksi cinta orang Malaysia terhadap Allah dan Rasul-Nya",_ jawab saya sekenanya.
_"Apakah orang Malaysia juga bertingkah laku seperti itu terhadap cinta Allah SWT yang dianugerahkan kepada mereka?",_ tanyanya.
_"Maksud anda?, cinta Allah SWT seperti apa yang dianugerahkan kepada kami?"_, jawab saya dengan bingung.
Lalu lelaki hitam itu menjawab, _"jika Allah Ta'ala menganugerahkan kalian isteri, anak-anak, dan orang tua yang masih hidup, itulah wujud cinta Allah kepada kalian."_
_"Pertanyaan saya",_ katanya,
_"Apakah orang-orang Malaysia, berusaha dengan keras dan gigih mencurahkan kasih sayang terhadap anak, isteri dan orang tua mereka yang masih hidup yang diamanahkan Allah Ta'ala sebagaimana mereka berusaha mencium hajar aswad?"_
_"Jika terhadap batu saja refleksi cinta kalian begitu dahsyat, lebih lagi terhadap makhluk Allah yang telah diamanahkan kepada kalian?"_ tegasnya lagi.
Saya tercengang, hilang akal, dan tak mampu berkata-kata lagi…
Apalagi saat ia bercerita bahwa ia menyelesaikan *PhD*-nya di *Harvard University , USA*, kemudian ditawar pekerjaan dan jawatan tinggi di USA, namun memilih pulang membesarkan anak-anaknya yg 6 orang, agar mampu menjadi muslim yang baik.
Maka hancurlah semua persangkaan saya terhadap orang ini. ALLAH membayarnya terus secara tunai saat itu juga.
Setelah solat subuh, sebelum berpisah, ia memberi nasehat yang sampai saat ini masih teringat di kepala saya.
_"Kejayaan haji atau umrah kita, mabrur atau tidaknya, dinilai bukan pada masa kita menyelesaikan perbuatan2 haji atau umrah, seperti tawaf atau bahkan mencium hajar aswad, namun *dinilai pada masa kita kembali*"._
_"Apakah kita mampu menunaikan amanah-amanah, anugerah-anugerah, cinta dan kasih sayang Allah Ta'ala kepada kita dengan bersungguh-sungguh, bersusah payah, mencurahkan kasih sayang kepada orang-orang yang kita cintai, pekerjaan dan masyarakat."_
Saya genggam tangannya, saya memeluknya dengan erat dan menyampaikan rasa terima kasih yang mendalam.
Saat dia pergi, di antara kerumunan orang, saya faham, inilah cara Allah Ta'ala menegur saya dan menyampaikan makna mencium hajar aswad…
*******
Saudara2ku tercinta…
Semoga Allah selalu menjaga hati dan fikiran kita agar selalu lembut dan jernih, hingga dapat menangkap petunjuk² Ilahiyah yang sangat halus…
-peringatan buat diri saya sendiri-
sumber : Muhamed Fathil Ismail via Kenangan Haji & Umrah